The Lion of Jehuda: Sejarah GKJ Wiladeg Metal Set - Link Select

Selasa, 22 Maret 2016

Sejarah GKJ Wiladeg

Sejarah GKJ Wiladeg

“Tidak selamanya sakit itu menyedihkan….”mungkin ungkapan ini tepat bagi Ki Mangun Prawiro untuk menerima Kristus sebagai penyelamat hidupnya.Ki Mangun Prawiro yang merupakan kejawen sejati, jatuh sakit dan harus dirawat di sebuah rumah sakit, sekitar tahun 1920. Penyakit yang dideritanya menjadikannya mengenal Kristus, sebab ketika itu Ki Mangun dirawat di Rumah Sakit Petronella cabang Gunungkidul, yang ketika itu ia setiap pagi mendengar lantunan lagu-lagu Kristen, serta diinjili beberapa penginjil. Salah satu diantaranya adalah Ki Mintowiloso. Atas karya penginjilan Ki Mintowiloso, Ki Mangun akhirnya mau dibaptis dan ia kembali ke Wiladeg untuk mengabarkan Injil di desa asalnya. Ternyata usaha Ki Mangun membuahkan hasil, setidaknya ada empat keluarga yang percaya pada Kristus, oleh karena penginjilan ki Mangun.Mereka adalah Surasentono, Sasentana, Suroprawiro dan Kertodimedja.Di rumah Ki Sasentana lah diadakan kebaktian pertama kali di desa Wiladeg.Namun pada tahun 1930, ki Mangun harus pindah ke Yogyakarta untuk melanjutkan dan menuntaskan pelayanannya.Kepindahan ki Mangun tidak menyurutkan semangat saudara-saudaranya yang ada di desa Wiladeg, mereka terus menegakkan Injil di desa Wiladeg.
Pada akhirnya tanggal 1 Januari 1941, Wiladeg resmi masuk dalam area wilayah pelayanan GKJ Wonosari (ketika itu masih Pasamoean Gereformeerd Djawi Tengah Wanasari), atau dengan kata lain Wiladeg menjadi pepanthan GKJ Wonosari, meskipun hanya ketika itu hanya berjumlah 50 orang.Jumlah warga pepanthan Wiladeg pun bertambah.Sekitar tahun 1948, atas persetujuan dari GKJ Wonosari, pepanthan Wiladeg membentuk majelis sendiri yaitu Satari Siswoharsono, Tambi Mangkuhadiatmadja, Sasentana dan Surosentana.Dan juga pada tahun tersebut, membentuk panitia pembangunan gedung gereja, Satari Siswoharsono sebagai koordinator.Usaha panitia untuk membangun gedung gereja membuahkan hasil.Pada tahun 1951, panitia berhasil menyelesaikan gedung gereja Wiladeg dengan ukuran 7mx9m.Jumlah jemaat semakin bertambah, hingga berjumlah 811 orang.Untuk meresmikan gedung gereja Wiladeg, kotbah dilayankan Pdt. Wiyoto Harjotaruna dan Bp. Endro Supadmo dari departemen Agama urusan Kristen Yogyakarta.
Tahun 1960 hingga 1968 merupakan masa kelam bagi warga desa Wiladeg. Diawali sekitar tahun 1963 hingga 1964 dengan mewabahnya hama tikus dan kekeringan yang panjang. Krisis makanan pun terjadi.Orang sering menyebutnya dengan gaber.Baru saja merasakan berkat Tuhan, masyarakat desa Wiladeg harus diperhadapkan dengan pemberontakan G30S/PKI pada tahun 1965.Namun penderitaan yang dirasakan warga Kristiani, tidak menyurutkan semangatnya untuk menebarkan kasih ditengah penderitaan.Banyak dari warga kristiani yang kemudian membuat nasi bungkus bagi mereka yang kelaparan, menolong mereka yang kesakitan, dan memberikan tempat bagi mereka yang kedinginan.Setelah masa suram itu lewat, sekitar tahun 1966, atas berkat pertolongan Tuhan, warga jemaat pepanthan Wiladeg mulai memikirkan untuk dewasa.Maka dibentuklah panitia pendewasaan, dimana Bp. Satari Siswoharsono sebagai ketuanya.Atas berkat Tuhan, pepanthan Wiladeg juga memperluas gedung gerejanya menjadi 7mx17m.Usaha panitia membuahkan hasil. Pada tanggal 3 Juni 1968, atas persetujuan gereja induk, klasis dan sinode, pepanthan Wiladeg resmi dewasa menjadi gereja dewasa dengan nama GKJ Wiladeg. Kebaktian pendewasaan dimulai pukul 10.00, dengan jumlah warga hadir sekitar 673 orang.Yang berkotbah adalah Pdt. Satari Darmo Susastro, yang merupakan pendeta GKJ Wonosari. Yang menjadi ayat pegangan adalah Matius 11:28, dengan harapan hadirnya GKJ Wiladeg memberikan pengharapan bagi warga desa Wiladeg yang berkesusahan dan dientaskan dari kebodohan dan kemiskinan. Jemaat pun semakin mekar, hingga berjumlah 3.372 orang. Tidak hanya itu, wilayah pelayanan GKJ Wiladeg juga mekar hingga ke Candi dan Susukan.Pada tahun 1968 Candi masuk menjadi pepanthan GKJ Wiladeg.Berawal ketika Bp. Pranoto Sucipto melayani di daerah Candi, menggerakkan hati ibu Sastro Sunaryo untuk mempersembahkan tanahnya menjadi gedung gereja.
GKJ Wiladeg semakin berkembang.Pada tahun 1972 GKJ Wiladeg berhasil merehab gedung gereja dan pastori.Pada tahun itu pula, pelayanan GKJ Wiladeg menyebar hingga ke Bejiharjo, yang kemudian menjadi pepanthan GKJ Wiladeg.Adanya kekristenan di Bejiharjo berawal ketika Parto Wijoyo dan Sandino menjadi Kristen.Mereka seorang mantri yang ditugaskan di Karangmojo.Rumah mereka berada di Bejiharjo, maka di desa itulah mereka menyebarkan Injil dan berkembang hingga menjadi pepanthan GKJ Wiladeg.Perkembangan itu berlanjut dengan ditahbiskannya Bp. Alfius Suwandi S.Th menjadi pendeta pertama GKJ Wiladeg, pada tanggal 23 Agustus 1974.Pada tahun 1974, pepanthan GKJ Wiladeg bertambah dengan masuknya Ngipak. Adanya pepanthan Ngipak, berawal pada tahun 1940 dimana Ki Pradana berteman dengan Ki Kromosono bekerja di Petronella Hospital cabang Gunungkidul. Karena pertemanannya dengan Ki Kromosono, akhirnya Ki Pradana mengenal dan menerima Kristus.Ki Pradana kembali ke desanya, yaitu Ngipak, dan mengabarkan Injil disana.Namun beliau meninggal, dan pekabaran Injil dilanjutkan oleh Ibu Winarti dan Bp. Tambi Mangkuhadiatmadja.Tidak hanya itu, Bp. Samingu dan Bp. Suro mengenal Kristus dan mengabarkan Injil ke Karanganom.Bertumbulah jemaat disana.Pekabaran Injil dilanjutkan oleh Bp. Sandiyo hingga ke Gunungbang.Tidak jelas kapan Karanganom menjadi pepanthan GKJ Wiladeg.Perkembangan GKJ Wiladeg berlanjut dengan masuknya Grogol sebagai pepanthan GKJ Wiladeg pada tahun 1988.Adanya pepanthan Grogol, karena buah pelayanan jemaat pepanthan Bejiharjo, yang akhirnya membuat Bp. Antonius Kiman menjadi Kristen dan mengabarkan Injil di Grogol.Pekabaran Injil Bp. Antonius Kiman membuahkan hasil.Bp. Sutrisno bersedia memberikan tanahnya untuk dibangun gedung gereja.Semakin berkembanglah GKJ Wiladeg.Jumlah jemaat ketika itu sekitar 4.372 orang.Wujud perkembangan GKJ Wiladeg adalah dengan mendewasakannya pepanthan Susukan menjadi gereja dewasa.Ibadah pendewasaan dilaksanakan pada tanggal 7 Juni 1987, atas persetujuan majelis GKJ Wiladeg, klasis dan sinode. Pepanthan sebagai gereja induk, dan ada lima pepanthan calon gereja dewasa GKJ Susukan yaitu Ngampelombo, Ngagel, Wirik, Jatisari, dan Bedoyo.

Related Post:

0 komentar:

 
ans!!