The Lion of Jehuda: 2016 Metal Set - Link Select

Selasa, 22 Maret 2016

Sejarah GKJ Wiladeg

Sejarah GKJ Wiladeg

“Tidak selamanya sakit itu menyedihkan….”mungkin ungkapan ini tepat bagi Ki Mangun Prawiro untuk menerima Kristus sebagai penyelamat hidupnya.Ki Mangun Prawiro yang merupakan kejawen sejati, jatuh sakit dan harus dirawat di sebuah rumah sakit, sekitar tahun 1920. Penyakit yang dideritanya menjadikannya mengenal Kristus, sebab ketika itu Ki Mangun dirawat di Rumah Sakit Petronella cabang Gunungkidul, yang ketika itu ia setiap pagi mendengar lantunan lagu-lagu Kristen, serta diinjili beberapa penginjil. Salah satu diantaranya adalah Ki Mintowiloso. Atas karya penginjilan Ki Mintowiloso, Ki Mangun akhirnya mau dibaptis dan ia kembali ke Wiladeg untuk mengabarkan Injil di desa asalnya. Ternyata usaha Ki Mangun membuahkan hasil, setidaknya ada empat keluarga yang percaya pada Kristus, oleh karena penginjilan ki Mangun.Mereka adalah Surasentono, Sasentana, Suroprawiro dan Kertodimedja.Di rumah Ki Sasentana lah diadakan kebaktian pertama kali di desa Wiladeg.Namun pada tahun 1930, ki Mangun harus pindah ke Yogyakarta untuk melanjutkan dan menuntaskan pelayanannya.Kepindahan ki Mangun tidak menyurutkan semangat saudara-saudaranya yang ada di desa Wiladeg, mereka terus menegakkan Injil di desa Wiladeg.
Pada akhirnya tanggal 1 Januari 1941, Wiladeg resmi masuk dalam area wilayah pelayanan GKJ Wonosari (ketika itu masih Pasamoean Gereformeerd Djawi Tengah Wanasari), atau dengan kata lain Wiladeg menjadi pepanthan GKJ Wonosari, meskipun hanya ketika itu hanya berjumlah 50 orang.Jumlah warga pepanthan Wiladeg pun bertambah.Sekitar tahun 1948, atas persetujuan dari GKJ Wonosari, pepanthan Wiladeg membentuk majelis sendiri yaitu Satari Siswoharsono, Tambi Mangkuhadiatmadja, Sasentana dan Surosentana.Dan juga pada tahun tersebut, membentuk panitia pembangunan gedung gereja, Satari Siswoharsono sebagai koordinator.Usaha panitia untuk membangun gedung gereja membuahkan hasil.Pada tahun 1951, panitia berhasil menyelesaikan gedung gereja Wiladeg dengan ukuran 7mx9m.Jumlah jemaat semakin bertambah, hingga berjumlah 811 orang.Untuk meresmikan gedung gereja Wiladeg, kotbah dilayankan Pdt. Wiyoto Harjotaruna dan Bp. Endro Supadmo dari departemen Agama urusan Kristen Yogyakarta.
Tahun 1960 hingga 1968 merupakan masa kelam bagi warga desa Wiladeg. Diawali sekitar tahun 1963 hingga 1964 dengan mewabahnya hama tikus dan kekeringan yang panjang. Krisis makanan pun terjadi.Orang sering menyebutnya dengan gaber.Baru saja merasakan berkat Tuhan, masyarakat desa Wiladeg harus diperhadapkan dengan pemberontakan G30S/PKI pada tahun 1965.Namun penderitaan yang dirasakan warga Kristiani, tidak menyurutkan semangatnya untuk menebarkan kasih ditengah penderitaan.Banyak dari warga kristiani yang kemudian membuat nasi bungkus bagi mereka yang kelaparan, menolong mereka yang kesakitan, dan memberikan tempat bagi mereka yang kedinginan.Setelah masa suram itu lewat, sekitar tahun 1966, atas berkat pertolongan Tuhan, warga jemaat pepanthan Wiladeg mulai memikirkan untuk dewasa.Maka dibentuklah panitia pendewasaan, dimana Bp. Satari Siswoharsono sebagai ketuanya.Atas berkat Tuhan, pepanthan Wiladeg juga memperluas gedung gerejanya menjadi 7mx17m.Usaha panitia membuahkan hasil. Pada tanggal 3 Juni 1968, atas persetujuan gereja induk, klasis dan sinode, pepanthan Wiladeg resmi dewasa menjadi gereja dewasa dengan nama GKJ Wiladeg. Kebaktian pendewasaan dimulai pukul 10.00, dengan jumlah warga hadir sekitar 673 orang.Yang berkotbah adalah Pdt. Satari Darmo Susastro, yang merupakan pendeta GKJ Wonosari. Yang menjadi ayat pegangan adalah Matius 11:28, dengan harapan hadirnya GKJ Wiladeg memberikan pengharapan bagi warga desa Wiladeg yang berkesusahan dan dientaskan dari kebodohan dan kemiskinan. Jemaat pun semakin mekar, hingga berjumlah 3.372 orang. Tidak hanya itu, wilayah pelayanan GKJ Wiladeg juga mekar hingga ke Candi dan Susukan.Pada tahun 1968 Candi masuk menjadi pepanthan GKJ Wiladeg.Berawal ketika Bp. Pranoto Sucipto melayani di daerah Candi, menggerakkan hati ibu Sastro Sunaryo untuk mempersembahkan tanahnya menjadi gedung gereja.
GKJ Wiladeg semakin berkembang.Pada tahun 1972 GKJ Wiladeg berhasil merehab gedung gereja dan pastori.Pada tahun itu pula, pelayanan GKJ Wiladeg menyebar hingga ke Bejiharjo, yang kemudian menjadi pepanthan GKJ Wiladeg.Adanya kekristenan di Bejiharjo berawal ketika Parto Wijoyo dan Sandino menjadi Kristen.Mereka seorang mantri yang ditugaskan di Karangmojo.Rumah mereka berada di Bejiharjo, maka di desa itulah mereka menyebarkan Injil dan berkembang hingga menjadi pepanthan GKJ Wiladeg.Perkembangan itu berlanjut dengan ditahbiskannya Bp. Alfius Suwandi S.Th menjadi pendeta pertama GKJ Wiladeg, pada tanggal 23 Agustus 1974.Pada tahun 1974, pepanthan GKJ Wiladeg bertambah dengan masuknya Ngipak. Adanya pepanthan Ngipak, berawal pada tahun 1940 dimana Ki Pradana berteman dengan Ki Kromosono bekerja di Petronella Hospital cabang Gunungkidul. Karena pertemanannya dengan Ki Kromosono, akhirnya Ki Pradana mengenal dan menerima Kristus.Ki Pradana kembali ke desanya, yaitu Ngipak, dan mengabarkan Injil disana.Namun beliau meninggal, dan pekabaran Injil dilanjutkan oleh Ibu Winarti dan Bp. Tambi Mangkuhadiatmadja.Tidak hanya itu, Bp. Samingu dan Bp. Suro mengenal Kristus dan mengabarkan Injil ke Karanganom.Bertumbulah jemaat disana.Pekabaran Injil dilanjutkan oleh Bp. Sandiyo hingga ke Gunungbang.Tidak jelas kapan Karanganom menjadi pepanthan GKJ Wiladeg.Perkembangan GKJ Wiladeg berlanjut dengan masuknya Grogol sebagai pepanthan GKJ Wiladeg pada tahun 1988.Adanya pepanthan Grogol, karena buah pelayanan jemaat pepanthan Bejiharjo, yang akhirnya membuat Bp. Antonius Kiman menjadi Kristen dan mengabarkan Injil di Grogol.Pekabaran Injil Bp. Antonius Kiman membuahkan hasil.Bp. Sutrisno bersedia memberikan tanahnya untuk dibangun gedung gereja.Semakin berkembanglah GKJ Wiladeg.Jumlah jemaat ketika itu sekitar 4.372 orang.Wujud perkembangan GKJ Wiladeg adalah dengan mendewasakannya pepanthan Susukan menjadi gereja dewasa.Ibadah pendewasaan dilaksanakan pada tanggal 7 Juni 1987, atas persetujuan majelis GKJ Wiladeg, klasis dan sinode. Pepanthan sebagai gereja induk, dan ada lima pepanthan calon gereja dewasa GKJ Susukan yaitu Ngampelombo, Ngagel, Wirik, Jatisari, dan Bedoyo.

Jumat, 29 Januari 2016

DIMAR BULAN FEBRUARI 2016

Bahan PA 1-6 Februari 2016

1.       Wekdal Ening
2.       Kidung Pambuka   KPK 115 : 1,3
3.       Pandonga
4.       Pamaosing Sabda : Lukas 18  : 31-34
5.       Andharan ringkes

Mbikak Dhiri
Menawi kita ngaggem kaca paningal warni kacanipun abrit, kita badhe ningali jagad punika kadosipun abrit sedaya. Menawi kaca paningal punika enggal kita copot, jagad dados mboten abrit malih, warni kados aslinipun. Nyopot kaca paningal warni abrit punika, gampil kita copot. Ning dospundi bab pangertosan/ cara pandhang ningali kawontenan. Asringipun, kita awrat nyopot pangertosan/cara pandhang, rikalanipun kita ningali saktunggaling kawontenan. Contonipun. Tiyang jaman rumiyen, asring nyebat kendaraan rodha kalih punika “Honda”. Kamangka, jan-janipun, Honda punika merk kendaraan. Sebat mawon mbah Koplo lan putunipun Tom Gembus. Mbah Koplo gadhah rodha kalih, merkipun Yamaha, jenisipun L2 Super.  Kaleresan, montoripun mbah Koplo nembe ditambal teng bengkel. Mbah Koplo lajeng dhawuh dhateng Tom Gembus “Le…jupukno hondaku yoh….nang bengkele Markindot”. Kamangka Tom Gembus nembe wangsul saking Jakarta, taksih radi kesel, namung manggut-manggut lajeng kesah. Dumugi ing bengkelipun Markindot, Tom Gembus lajeng tanglet “Pak…ajeng mendhet hondanipun simbah…”. “Oya…kae le…”wangsulanipun Markindot. “Lah pak…niki rak yamaha, sanes Honda…wong kagunganipun simbah niku Honda kok…senes Yamaha pak…”protesipun Tom Gembus. “Kuwi simbahmu sing ora ap tu det alias kuno…ngertine kendaraan roda loro kabeh disebut Honda, kamangka merk’e Yamaha…wis gek gawanen muleh…”wangsulanipun Markindot.
Saking cariyos punika, cetha menawi mbahipun Tom Gembus, mbah Jon Koplo, taksih ngginakaken pemahaman/cara pandhangipun. Kanyata, murid-muridipun Gusti Yesus ugi mekaten. Taksih ngginakaken cara pandhangipun. Gusti Yesus sampun kaping tiga ngendikakaken, bilih, Panjenenganipun badhe nandhang sangsara lan kasalib seda. Ning cara pandhangipun para murid, Mesias mboten badhe ngalami sangsara, mboten mlebet akal. Awit taksih ngginakaken cara pandhang punika, rikala estu Gusti Yesus nandhang sangsara ngantos kasalib seda, para murid sami syok lan nilaraken Gusti Yesus. Cobi menawi cara pandhangipun dipuncopot, lajeng ngginakaken cara pandhangipun Gusti Yesus, rikalanipun Gusti Yesus nandhang sangsara sinalib seda, mesthi para murid sampun siap, lan mboten badhe nilaraken Gusti Yesus.
Dospundi gesang kula panjenengan? Taksih remen ngginakaken cara pandhang kita? Lajeng meksakaken cara pandhang kita, dipunginakaken tiyang sanes? Sumangga kita nyinau saking para murid, mboten meksakaken cara pandhang kita piyambak. Kita punika manungsa ingkang dipunparingi nalar budi, ing pundi kita kedah tansah sinau lan sinau, awit donya punika mboten ajeg ning terus ngalami perubahan. Sumangga sami diskusi, cara pandhang kita ingkang kirang pas dipuntrepaken ing jaman samangke, contonipun napa?

(Penulis YFKL,
inspirasi saking Bahan Mangsa Sangsara
LPP Sinode GKJ)

6.       Pisungsung KPK 79 : 1-3
7.       Pandonga sapaat
8.       Pangaken Pitados Rasuli
9.       Kidung Panutup  KPK 79 : 4,5


========================================================================
Bahan PA 8-13 Februari 2016

1.       Wekdal Ening
2.       Kidung Pambuka              KPK 170 : 1
3.       Pandonga
4.       Pamaosing Sabda : Lukas 22 : 1-6
5.       Andharan ringkes
Ngatos-ngatos
Temtu kita mangertos, bilih sejatosipun kathah panggodha wonten ing gesang kita. Cobi pun sebataken setunggal-setunggal miturut pemanggih jenengan.
Kitab Suci ingkang kita waos kala wau, nyariosaken sengkongkolipun Imam Kepala, ahli Taurat, lan Yudas Iskariot. Kita badhe nyinau saking sisi kamanungsanipun tiyang ingkang sami sengkongkol punika. Imam Kepala lan ahli Taurat punika sengit sanget dhumateng Gusti Yesus Kristus, awit ketenaranipun Gusti Yesus. Kepinteran, sih tresna, mukjijat, lan sedaya kasaenan ingkang dipuntindakaken Gusti Yesus, nggeser Imam Kepala lan ahli Taurat, dados tiyang ingkang dinomor-duakan wonten ing tengahing masyarakat. Gusti Yesus bak selebritis Didi Kempot ingkang dados idola era tahun 1990 dumugi 2000’an, utawi, Tedjo ing era tahun 2010’an. Punapa Tedjo  lan Didi Kempot taksih terkenal? Wo lha njih, ning samangke jamanipun sinetron India lan Turki. Ketenaran Didi Kempot utawi Tedjo, mboten kados rumiyen malih. Nah, punika ingkang dipunraosaken Imam Kepala lan ahli Taurat. Gusti Yesus kadosdene sinetron India lan Turki ingkang nggeser ketenaran artis-artis sanesipun. Saking terkenal ipun Gusti Yesus, mila lajeng kathah tiyang sami memuji Gusti Yesus. Imam Kepala lan ahli Taurat lajeng ajrih, Gusti Yesus badhe nggantos Imam Kepala lan ahli Taurat. Tiyang badhe langkung remen mirengaken Gusti Yesus ketimbang Imam Kepala lan ahli Taurat. Saking punika, lajeng tuwuh raos sengit ingkang lebet.
Raos sengit ingkang makantar-kantar punika, katambahan bumbu kepanggih Yudas ingkang kapanjingan roh iblis. Mila lajeng sengkongkol. Yudas nyade Gusti Yesus, dipunparingi yatra, awit Yudas caos info akurat kangge Imam Kepala lan ahli Taurat, supados saget nyedani Gusti Yesus, supados punapa, supados mboten wonten ingkang badhe nandhingi Imam Kepala lan ahli Taurat. Hubungan utawi relasi ingkang swaunipun intim antawisipun Yudas lan Gusti Yesus, dados remuk amargi raos sengitipun Imam Kepala lan ahli Taurat.
Saking sabda punika kita sinau : sepisan, bab sengit. Punapa kita samangke nembe sengit kaliyan tiyang sanes? Sumangga, sinau saking sabda punika, raos sengit saget ngombro-ombro, saget dados ageng kwasanipun, menawi mboten enggal-enggal kita rampungi. Mila, kita kedah, ngatos-ngatos.  Kaping kalih, punapa kita rumaos paling bener? Ngatos-ngatos, punika saget ndhawahaken ing dosa. Kaping tiga, punapa kita langkung mentingaken bandha kadonyan ketimbang relasi? Ngatos-ngatos, kita mboten badhe gadhah kanca, sahabat, brayat, ingkang tulus ngasihi kita. Kaping sekawan, cobi panjenengan tambahi piyambak, piwulang punapa ingkang saget kita pethik.
Punika panggodha ingkang dipunalami Imam Kepala, ahli Taurat lan Yudas. Dados, sumangga gesang ngatos-ngatos, ibarat urip mlaku kudu ngati-ati, nak ora mesthi kesandung, wusanane awake dewe sing kelaran. Amin 

(Penulis YFKL,
inspirasi saking Bahan Mangsa Sangsara
LPP Sinode GKJ)

6.       Pisungsung  KPK 155 : 1,2
7.       Pandonga sapaat
8.       Pangaken Pitados Rasuli
9.       Kidung Panutup  KPK 155 : 3


=======================================================================
Bahan Pencawisan Bujono

1.       Wekdal Ening
2.       Kidung Pambuka  KPK 51 : 1,2
3.       Pandonga
4.       Pamaosing Sabda : Mazmur 7 : 1-18 ; Nats ayat 9
5.       Andharan ringkes
Rumaos Dosa
Prabu Dawud, inggih ratu ingkang misuwur, awit kapinteranipun. Dawud wiwit terkenal rikala mejahi Goliat, lajeng pun kukuhaken dados Ratu. Awit saking panguwosipun, mila mboten wonten ingkang wanton kaliyan Dawud. Kalebet Uria lan Batsyeba. Dawud jatuh cinta kaliyan Batsyeba. Temtu sae, menawi Batsyeba dereng gadhah semah. Cilakanipun, Uria punika semah resmipun Batsyeba. Ning saking tresnanipun, Dawud purun tumindak lepat, tumindak dosa, mejahi Uria kanthi dadosaken panglima tentara perang, lajeng ngrebut Batsyeba. Rikala Dawud tumindak dosa, mboten kathah ingkang wantun ngemutaken. Lha niki hebatipun Dawud, awit Dawud mboten wonten ingkang wantun ngengetaken, Dawud rumaos dosa. Mila lajeng nelangsani, lan nglepataken dhirinipun, awit kanyata gesangipun Dawud sampun blasar. Dawud mboten nuding tiyang sanes ingkang dosa, ning Dawud rumaos, mila lajeng mratobat. Coba kita raosaken kanthi lebet, pangraosipun Dawud : Gusti Allah ngadili para bangsa! Mugi kersa ngadili kawula, dhuh Allah, menapa kawula menika resik, menapa manah kawula tumemen.
Sekedhap malih kita badhe ndherek Bujana Suci. Kasebat Suci, awit lumantar bujana punika kita kasucekaken saking dosa-dosa kita. Rah lan sariranipun Gusti Yesus ingkang nglebur dosa kita. Sinten ingkang prayogi marek ing bujananipun Gusti Yesus? Cetha, wangsulanipun, tiyang dosa. Cekap tiyang dosa? O mboten. Tiyang dosa ingkang purun mratobat. Cekap namung tiyang dosa ingkang purun mratobat? O mboten. Tiyang dosa ingkang purun mratobat, awit rumaos dosa, lan mboten nuding tiyang sanes. Anggen kita mratobat, estu kanthi tulus lan eklas, awit kita rumaos dosa. Lajeng mratobat punika punapa to? Mratobat punika, sepisan, kita ngakeni lepat ing ngarsanipun Gusti Yesus, rumaos tumindak dosa. Kaping kalih, pemulihan relasi kaliyan sesami kita, menawi dosa ingkang kita tindakaken punika, wonten sesambetanipun kaliyan tiyang sanes. Sumangga, kita marek ing bujananipun Gusti Yesus, kanthi manah tulus eklas, rumaos dosa, ngantos kita mratobat, lan prasetyan kawilujengan mboten badhe ical saking gesang kita.   
Gusti Allah ngadili para bangsa! Mugi kersa ngadili kawula, dhuh Allah, menapa kawula menika resik, menapa manah kawula tumemen.
(YFKL)
6.       Pisungsung   KPK 163 :1-3
7.       Pandonga sapaat
8.       Pangaken Pitados Rasuli
9.       Kidung Panutup   KPK 51: 3


======================================================================== 
Bahan PA 22-27 Februari 2016

1.       Wekdal Ening
2.       Kidung Pambuka   KPK 146 :1,2
3.       Pandonga
4.       Pamaosing Sabda : Purwaning Dumadi  6 : 9-22
5.       Andharan ringkes
Lumantar Proses
Jaman millennium, kasebat jaman modern. Serba modern. HP android, tablet, laptop, lan sanes-sanesipun. HP enggal silih gumanti, tetep laris manis. Kadosipun tiyang sami gesang ing jaman serba ngginakaken akal budi. Lha njih to. Badhe ngginakaken HP android, temtu ngginakaken akal budi, kepriye iki carane. Benten kaliyan gathul. Ning, kita sadhar mboten, ing jaman serba modern punika, praktek alternative sangsaya berkembang ugi ing jaman samangke. Kamangka, praktek alternative sampun kalebet mangsa kuno. Dukun contonipun. Serba modern niku, kedahipun sampun mboten pitados wong pinter utawi dukun to? Kasunyatanipun, dukun sangsaya merajalela. Cobi menawi kita maos Koran, meh saben dinten lo, wonten ingkang naminipun dukun cabul. Lho dukun kok cabul? Lha njih, wong anggenipun dados dukun supados saget melampiaskan nafsu bejat kok. Sadhar utawi mboten, praktek wong pinter utawi dukun, ugi asring katindakaken ing salebeting pasamuwan. Conto, wonten lare nem-neman ingkang alangan, dhawah saking sepeda montor, tiyang sepuh lajeng celethuknah…yo kuwi akibate nak ora bujono, dadine kowe tibo soko montor”. Sakramen bujono dados “senjata” praktek dukun. Nak mboten ndherek bujono, mesthi badhe nampi alangan. Conto sanes. Kita nate mireng wonten iklan ingkang mekaten “Hadirilah, kasih dan kuasa Tuhan. Yang sakit disembuhkan, yang terbeban akan dibebaskan”. Wonten greja A, ingkang remen ngginakaken tembung-tembung ”sakti” punika, supados kathah tiyang lajeng purun dados anggota grejanipun. Punapa estu, ingkang sakit mesthi mantun? Ingkang momot, nampi pangluwar? Nggih pancen, saget kemawon. Ning ugi saget kemawon, saras awit sugesti, sampun dipundemek ”dukun sakti” lajeng ngraos mantun. Wonten tiyang ingkang  sakit, menawi sampun kepanggih kaliyan dokter A lajeng mantun. Nah niki ingkang pun sebat, sugesti.
Budaya instan sampun merajalela wonten ing gesang kita, sampun ngrasuk gesang kita. Pengenipun sedaya punika serba cepet, instan. Mboten wonten ing jagad punika ingkang, mak benduduk, mak jlug lajeng wonten. Tiyang saget pinter, awit sinau, saking tataran SD ngantos perguruan tinggi. Tiyang saget sugih awit usaha, saking swaunipun iwak pitik ideran, ngantos gadhah outlet teng pundi-pundi, ayam goreng Suharti conto nyatanipun. Sedaya kedah nglewati proses.
Nabi Nuh, dados tiyang ingkang hebat ing ngarsanipun Gusti Allah. Ning proses ingkang dipunlampahi mboten gampil. Nuh ndamel bahtera, ingkang ageng sanget. Saking wiwitanipun, ngetok kayu, dipunukur, lajeng dipunpasang. Proses ingkang mboten sekedhap. Ing ayat 22, kaserat, Nuh nindakaken sedaya dhawuhipun Gusti Allah. Tegesipun, sedaya proses lan syarat bahtera, dipuntindakaken Nuh kanthi setya.
Wangsul malih, mboten wonten ingkang instan. Sedaya betah proses, ing pundi, salebeting proses punika, Gusti Allah makarya lumantar Rohipun. Mila kita kedah setya, kadosdene Nuh ingkang setya ing salebeting proses ingkang dipun lampahi. Kita gadhah pangajeng-ajeng punapa? Sehat?? Nggih sumangga, setya ing salebeting proses, kanthi gesang sehat, olah raga, dhahar ingkang sehat, lan sakpiturutipun. Panjenengan kepingin wilujeng ndherek Gusti Yesus? Nggih sumangga setya, ing proses iman punika, ngantos ing salami-laminipun. Amin
 (Penulis YFKL,
inspirasi saking Bahan Mangsa Sangsara
LPP Sinode GKJ)

6.       Pisungsung   KPK 166 : 1-3
7.       Pandonga sapaat
8.       Pangaken Pitados Rasuli
9.       Kidung Panutup  KPk 146 : 3



========================================================================
Bahan PA 29 Feb-5 Maret 2016

1.       Wekdal Ening
2.       Kidung Pambuka              KPK 52 : 1,2
3.       Pandonga
4.       Pamaosing Sabda : Yohanes 2 : 13-22
5.       Andharan ringkes
Gesang ing Kasucen
Suci. Saking tembung punika, temtu kita kepingin dados tiyang suci. O gampil janipun. Kantun nyawisaken yatra antawis 30 juta. Awit, wonten ingkang nyade kasucen. Hah?? Nyade kasucen?? Nate mireng, holy land (=bahasa Indonesia : tanah suci)? Kangge kita tiyang Kristen, holy land punika Yerusalem. Mila samangke, biro perjalanan wisata, sami berlomba nyade kasucen, supados pikantuk keuntungan. Kita mbayar 30 juta, kita saget tiyang suci, awit kita wonten ing tanah suci, Yerusalem. Asik nggih, kantun mbayar, dados tiyang suci.
Gusti Yesus kaget, rikala tindak Yerusalem, ing pundi, Bait Allah utawi Padaleman Suci, wonten ing ngriku, gampilanipun, gereja pusatipun wonten ing Yerusalem, malah diangge sadeyan. Niki sami kaliyan, kasucen ingkang dipunsade. Padaleman Suci ingkang swaunipun Suci, Kudus, dados pasar, dados panggenan transaksi keuangan. Padaleman Suci wonten ing sangandhapipun transaksi keuangan. Kasucen sampun kasade, supados pikantuk keuntungan.  
Saking waosan punika, kita kaatag, tansah njagi gesang ing kasucen. Sampun ngantos, Padaleman Suci lan punapa kemawon ingkang kasebat suci, gampil lan saget kita tumbas. Gesang kita, ugi kasebat Padaleman Suci. Sampun ngantos ugi kita sade, kangge si iblis, supados kita sehat saking penyakit, supados kita gadhah banda kadonyan, supados kita gadhah pangkat.
(Penulis YFKL,
inspirasi saking Bahan Mangsa Sangsara
LPP Sinode GKJ)

6.       Pisungsung                         KPK 71 : 1-3
7.       Pandonga sapaat
8.       Pangaken Pitados Rasuli
9.       Kidung Panutup                                KPK 52 : 3,4






Selasa, 26 Januari 2016

CARA MENGHILANGKAN EMBUN DI HEADLAMP MOBIL


Headlamp atau lampu utama mobil Anda ada embunnya?? Tidak perlu buru-buru ke bengkel. Kita bisa selesaikan sendiri, dengan cara yang sangat mudah. Pertama, Anda siapkan haidryer. Mau yang murah atau yang mahal, tidak masalah.
Kedua, Anda lepas bohlam lampu, dari headlamp atau rumah lampunya. Cukup Anda buka kap mobil, dan copot soket kabel, lepas pengait, dan ...selesai, lampu tinggal dicopot.
Ketiga, Anda hidupkan haidryer, dan arahkan dilubang headlamp atau tempat dudukan bohlam lampunya. Nyalakan terus hairdryer, kurang lebih 15-20 menit atau sampai embunnya hilang.

DONE.....embun sudah tidak ada lagi di headlamp Anda. Mudah, praktis, dan tidak ribet harus copot headlamp.

Sekian tips dari saya.

 
ans!!