The Lion of Jehuda: Juli 2012 Metal Set - Link Select

Senin, 16 Juli 2012

CERPEN

Terima Kasih Ibu….


Cerita ini berawal, ketika ibuku bertemu dengan ayahku, yang kini entah dimana. Semasa dibangku sekolah, ibuku berpacaran dengan ayahku, hubungan mereka sebenarnya tidak disetujui oleh kakekku. Alasan status sosial yang menjadi keberatan kakekku, berhubungan dengan ayahku. Tapi, ibuku tetap nekat. Hingga akhirnya ibuku dan ayahku melakukan hubungan terlarang, dan ibuku hamil. “Aku akan bertanggung jawab….”itu janji ayahku dulu kepada ibuku. Mereka berdua akhirnya menemui kakekku. “Keluar….keluar dari rumahku….kamu bukan anakku lagi….”itulah bentakan kakekku mengusir ibuku dari rumah. Mereka pun pergi, dan berusaha mempertahankan hidup apa adanya. Ayahku akhirnya bekerja sebagai tukang ojek, sedang ibuku hanya dirumah, menunggu kelahiranku. Cerita dari ibuku, meski mereka belum menikah, tapi mereka sudah hidup bahagia apa adanya. Makan hanya berlauk tempe, itupun kalau ayahku bekerja sampai larut malam. Suatu hari, ayahku tidak pulang-pulang. Kegelisahan melimputi isi hati ibuku ketika itu. “Mas…dimana kamu…” kata ibuku sambil mengelus-elus diriku, yang masih dalam kandungan. Satu minggu, satu bulan, ayahku tidak pulang-pulang, hingga aku lahir, dan diberi nama Dani Setyanegara oleh ibuku. Kebut pekat seperti menyelimuti wajah ibuku ketika aku lahir, karena tidak ada ayahku disampingnya. Bekerja sebagai buruh cuci, ibuku tetap menjagaku. Hanya sebagai buruh cuci itulah, ibuku menghidupiku, sampai aku berusia satu tahun. Ternyata, gaji sebagai buruh cuci, tidak mencukupi kebutuhan hidup yang begitu banyak. Harus membayar sewa kontrak rumah, harus membeli kebutuhan hidup sehari-hari, dan kebutuhan lainnya. Ibuku pun memutar otak, untuk mencari pendapatan yang lebih besar. Suatu kali ia merenung di pinggir jalan, aku hanya ditinggal sendiri di kotrakan yang sempit. Mobil mewah menghampiri ibuku. “Hai manis…..” sapa seorang lelaki di dalam mobil mewah. Ibuku hanya diam terpaku. “Mari masuk sini….”ajak lelaki itu. “Ini saya punya tiga ratus ribu….sini….”ajakan semakin menggiurkan. “Mungkin lelaki ini memberi pekerjaan untukku….lumayan lah dapat tiga ratus ribu…”pikir ibuku dalam hati. Ibuku beranjak dari tempat duduknya, dan ia duduk disamping lelaki itu. Sesaat, ibuku diajak ke toko baju. Lelaki itu memilihkan sebuah baju bagus. Ketika ibuku memakai baju itu, sungguh cantik dan anggun parasnya. Setelah selesai membeli baju, ibuku diajak kesebuah hotel mewah. Tak ada pikiran apapun terbesit di benak ibuku. Ia pun mengikuti lelaki itu, masuk dalam sebuah kamar. Tanpa disangka, ibuku diperkosa di kamar hotel itu. Ia tidak dapat melawan, karena kekuatan lelaki itu lebih hebat daripada ibuku. Selesai lelaki itu melampiaskan nafsu bejatnya, ibuku diantar pulang, dan diberi uang tiga ratus ribu. Aku yang masih berusia satu tahun, tetap setia menunggu kepulangan ibuku. Akhirnya tepat pukul Sembilan malam, ibuku menghampiri aku dan menangis. Aku hanya terdiam terpaku, tidak tahu apa yang terjadi. Ketika bangun, ada sarapan yang tidak seperti biasanya. Ibuku masak telor, dan juga sayur yang lezat. Aku pun langsung menyantapnya. Haripun berlalu, dan malam tiba. Tidak seperti biasanya, ibuku sudah menidurkanku pukul delapan malam. Akupun menurut apa kata ibu. Tak disangka, setelah aku tertidur pulas di pelukan ibuku, ia kemudian memakai baju yang diberikan lelaki yang ditemuinya semalam. Ia kemudian berjalan dan duduk di pinggir jalan. Sesaat, mobil mewah menghampirinya, dengan lelaki yang berbeda. Tanpa pikir panjang lagi, ibuku masuk kedalam mobil mewah itu. Dua jam berselang, ia pulang dengan membawa uang dua ratus ribu. Kejadian it uterus berulang-ulang. Karena aku masih kecil, pikirku, ibuku sudah mendapatka pekerjaan yang layak, jadi aku bisa makan enak. Hingga suatu saat, ibuku bisa membeli sebuah rumah, yah meskipun hanya kecil.
Usiaku kini sudah 10 tahun. Aku sudah masuk SD. Sebenarnya aku agak risih dengan pandangan bapak-bapak yang aku lewati, ketika aku berangkat atau pulang sekolah. Mereka seperti mengisyaratkan sesuatu, namun aku tidak tahu apa isyarat itu. Aku pun berlalu. Ketika sampai di rumah, aku bertanya pada ibu “Bu…kenapa bapak-bapak agak aneh melihatku…”. “Sudah biarkan saja….mungkin karena kita orang ga punya nak….”jawab ibuku. “Bu…aku boleh tanya….”tanyaku. “Ya nak…apa….”jawab ibuku. “Sebenarnya ibu kerja apa sih…kok bisa dapat duit banyak…”tanyaku sembari memeluk ibuku. “O…ibu jadi….pembantu nak…”jawab ibuku sambil meneteskan air mata. Aku sangat rajin belajar, dan aku selalu mendapatkan ranking di kelas. Ketika aku lulus SD, dengan mudah aku melanjutkan ke SMP, ke SMA, hingga aku mendapatkan beasiswa untuk kuliah di fakultas kedokteran, seperti dambaan dan cita-citaku. Lima tahun aku mengejar ilmu di fakultas kedokteran, hingga aku lulus dan mendapatkan gelar caumlaude karena prestasiku yang luar biasa. Ibuku sangat bangga dengan prestasiku itu. Ketika itu hari Rabu, aku mendapatkan sebuah undangan untuk hadir dalam wisuda sarjana kedokteran. Dengan tetesan air mata, ibuku menemaniku dalam wisuda sarjana tersebut. Aku sangat senang sekali. Selesai aku mendapatkan ijazah tersebut, dosenku mendatangiku, memintaku untuk melanjutkan ke profesi kedokteran, dengan jurusan kandungan. Setelah aku berbincang dengan dosenku, aku langsung memeluk ibuku, pelukan eratku membuat ibuku meneteskan air mata bahagia. Satu tahun berlalu, aku berhasil mendapatkan gelar profesi dokter kandungan, dan aku segera dipanggil sebuah rumah sakit, untuk bekerja disana. Ibuku sangat bangga denganku. Aku pun bisa membeli rumah yang mewah, dan perlengkapan yang mewah. Semasa aku kuliah, sebenarnya aku berpacaran dengan seorang gadis. Hingga gadis itu aku lamar, dan kami pun menikah. Oya, ketika aku mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan studi ke perguruan tinggi, ibuku sudah jarang sekali keluar malam. Malah terkadang, ia batuk-batuk, sesekali batuknya bercampur darah. Aku ajak ibuku periksa, ia selalu menolak. Ketika acara resepsi berlangsung, ibuku tiba-tiba jatuh dan pingsan. Sontak, aku lari mendapati ibuku, dan aku bawa ke rumah sakit. Betapa terkejutnya diriku, ibuku dinyatakan positif HIV AIDS. Aku pun merawat dengan setia, ketika ibuku menjalani perawat intensif di rumah sakit. Aku pegang erat jemari ibuku. Ia meneteskan air matanya. “Nak…kamu sudah dewasa, kamu sudah luar biasa….bebanku sudah usai…waktunya aku jelaskan sesuatu padamu…”kata ibuku sembari ia menahan batuk. “Ada apa bu…”tanyaku gelisah. “Maafkan ibu ya nak….selama ini ibu berbohong….tapi itu ibu lakukan, karena ibu sudah tidak punya jalan keluar lagi….”kata ibuku. Aku semakin gelisah, dan makin cemas, “Apa sih bu…”. “Ibu selama ini bekerja sebagai PSK nak….”kata ibuku sambil menangis kencang. Aku tidak dapat berbuat apa-apa, ku peluk erat ibuku, dan mataku mengeluarkan tetesan air mata. Istriku memelukku dari belakang dan berbisik “begitu hebatnya perjuangan ibumu selama ini….maafkanlah dia…”. Setelah mendengar bisikan istriku, aku semakin erat memeluk ibuku, terucap dari mulutku “Sudah bu….semua sudah berlalu…”. Ternyata, perjuangan ibuku luar biasa. Ia menanggung derita yang luar biasa. Sampai ia harus menderita sakit yang sangat parah, hanya karena ingin membahagiakan aku. Setelah tetesan mata ibuku berhenti, aku cium keningnya, kataku “Bu…Dani tidak ingin melihat kehidupan lama kita…sekarang Tuhan sudah pulihkan semua….ibu istirahat ya…”. Kami pun tertidur pulas.  
Pagi menjelang, ada seorang lelaki sedang membersihkan ruangan ibuku, dimana aku tertidur pulas di samping tempat tidur ibuku bersama dengan istriku. Lelaki itu diam membisu, ketika melihat ibuku tergeletak di ranjang rumah sakit, dengan berbagai alat menancap di tubuhnya. “Anis….”kata lelaki itu. Mata ibuku terbuka dan melihat lelaki yang berdiri di depannya, dengan membawa sebuah sapu. “Toni….”sapa ibuku. Aku pun membuka mataku. Ibuku kemudian meneteskan air matanya. Lelaki itu kemudian pergi meninggalkan ruangan ibuku. Aku pun beranjak dari ranjangku, dan menghampiri ibuku, “Bu…siapa dia…kelihatannya ibu kenal…”. Ibuku tidak menjawab, ia hanya meneteskan air mata. Aku pun berlari keluar ruangan, dan mengejar lelaki yang membuat ibuku menangis. Sayang, tidak kudapati lelaki itu. Tak habis akal, aku mencari siapa lelaki itu, lewat bagian cleaning service rumah sakit tersebut. Aku mendapatkan informasi mengenai keberadaan lelaki itu, segera aku mencari alamatnya. Melewati jalan yang becek, aku mendapati sebuah rumah kumuh, dengan tiga orang  anak dan seorang perempuan di dalam rumah itu. “Maaf…..ini benar rumah pak Toni?” tanyaku pada perempuan tersebut. “Ya…ada apa ya pak….”perempuan itu balik tanya kepadaku. Belum sempat aku berkata, lelaki yang bernama pak Toni itu, menghampiriku, dan ia rebah di kakiku sambil menangis kencang, “Nak….maafkan aku….”kata pak Toni. Bingung bercampur ragu, aku mendapati pak Toni, dan aku bersanding duduk dengannya. Ia terus menangis dan menangis sambil memandangiku dan mengelus wajahku. “Maafkan aku nak…”kata itu keluar lagi dari mulut pak Toni. “Apa maksud bapak…”tanyaku. “Aku ayahmu nak…”jawabnya lirih sembari menangis dan memeluk diriku. Aku tidak bisa berkata apa-apa. Seperti bom yang meletus, begitulah gejolak dalam hatiku. Ayah yang selama ini aku nanti, ternyata sudah bersama dengan orang lain. Ibuku yang terus setia menunggu, ternyata ia sudah melupakan ibuku. Tanpa pikir panjang, lelaki itu yang ternyata adalah ayahku, aku paksa untuk kerumah sakit, menemui ibuku. Setelah sampai di rumah sakit, ayahku, pak Toni, hanya diam terpaku. Ia begitu terpukul melihat kondisi ibuku. Aku terkejut melihat alat monitor jantung yang mulai melemah. Ibuku tak sadarkan diri. Aku bimbang dan cemas, aku segera raih peralatan medis untuk menolong ibuku. Karena alat yang tidak memadai, aku segera larikan ibuku ke ruang ICU. Semakin banyak alat medis yang menancap di tubuh ibuku. Hanya doa yang terucap dari mulutku, “Tuhan selamatkanlah ibuku….”. Aku pun meneteskan air mata dalam pelukan istriku. Ayahku, pak Toni, masih diam terpaku dan meneteskan air mata. “Nak…bolehkah aku masuk….”tanya ayahku. Aku hanya diam, aku tidak menjawab. Seorang perawat menghampiriku, “Pak Dani….ibu ingin bertemu bapak dan pak Toni, mari masuk…”. Aku dan ayahku segera masuk mendapati ibuku.  Begitu ayahku masuk, ia segera berlari, mendapati tangan ibuku, “Anis…maafkan aku….maafkan aku….”kata ayahku sembari menangis, dan tetesan air matanya membahasi tangan ibuku. Ibuku mengelus kepala ayahku, “Sudah mas…semua sudah berlalu…”. Ibuku berusaha sekuat tenaga untuk membuka mata dan ia menatapku, “nak…”. Aku pun mendekat. “Katamu semua sudah berlalu….ini ayahmu….yang lalu ya sudah berlalu…maafkanlah dia…”kata ibuku sambil meneteskan air mata. Aku tidak dapat berkata apa-apa, hanya menangis dan memegang tangan ibuku. “Nak….maafkanlah ayahmu…”kata ibuku, sambil melepaskan peganganku, dan tanganku diraihkan ke tangan ayahku. Nafas ibuku semakin tersengal, dan kembali ia berkata, “nak …maafkanlah ayahmu…”. “Iya bu…Dani memaafkan ayah…”kataku sambil memegang erat tangan ayahku. Tittt…………bunyi alat detak jantung berbunyi, pertanda ibuku telah tiada. “Ibu….”teriakku, hingga membangunkan beberapa pasien yang lain. Aku segera diraih perawat, dan ditarik keluar. Betapa terpukulnya hatiku, ibuku telah tiada. Ayahku pergi dan meninggalkan ruangan, menghampiriku, “Nak…sudah waktunya aku juga pergi dari kehidupanmu…aku sudah tidak layak untukmu….”, ia pun kemudian berlalu. Aku pun segera memakamkan ibuku. Di samping makam ibuku, aku menangis, “Ibu…terima kasih…terima kasih untuk cintamu…untuk semua perjuanganmu….”. Aku mencoba mencari ayahku, tapi sudah tidak kudapati dia. Kata orang, dia sudah pergi meninggalkan rumah kontrakannya, entah kemana. Yah, semua sudah berlalu. Kini tinggal aku dan keluargaku, menyusun masa depan, menatap indahnya hari esok.  

Untuk semakin menghayati cerpen ini, dengarkanlah lagu ini


                      


"Wiladeg, 16 Juli 2012"

 


Ultah Istriku ke 29

Ini adalah video ultah istriku tersayang...met ultah ya sayang....semakin dewasa dalam Kristus...aku mencintaimu selalu....



with love

GAHARU

Ini adalah proses penanaman GAHARU, yang merupakan masa depan ku....hehehe....simak lah...







Kamis, 05 Juli 2012

KATEKISASI REGULER 2011/2012


KATEKISASI REGULER 2011/2012


NAMA
NILAI
HURUF
KETERANGAN
Dinda Noverinda Prahentika
100
A++
LULUS (coumlaude)
Fajar Jalu Lintang
98
A+
LULUS
Bekti Dwi Wiliarso
95
A
LULUS
Rosari Wariworo
98
A+
LULUS
Wijaya Saputra
91
A
LULUS
Reginia Christi
79
B
LULUS
Misa Kurniawati
60
C
LULUS
Erita Fahmi Nugraheni
81
A
LULUS
Adi Irawan
58
C
LULUS
Christian Mahendra
93
A
LULUS
Anesthesia Tripinta
95
A
LULUS

Saya ucapkan selamat kepada Sdr. Dinda Noverinda Prahentika, yang berhasil lulus dengan nilai yang sangat memuaskan. Bagi teman-teman yang lain, teruslah mengejar hikmat Tuhan, karena katekisasi tidak berhenti di sini saja. Tuhan Yesus memberkati




Salam Kasih Kristus

Wiladeg, 6 Juli 2012

Pdt. Yehuda Fajar Kristian Labeti
Koordinator Tim Katekisasi reguler 2011/2012 GKJ Wiladeg

Dkn. Gunadi Cahyono (Pembimbing PPAG)
Dkn. Warnoto (Pembimbing Tager Talak)

 
ans!!